Tata Rias dan Busana Pengantin Betawi Tata Rias dan Busana Pengantin Betawi Modifikasi |
Dominasi
kebudayaan asing sangat kental terlihat dalam busana pengantin Betawi. Seperti dandanan
Rias Besar Putra ‘Dandanan Care Haji’ pada busana pengantin pria. Begitu pula
dandanan Rias Besar Putri, terlihat sekali merupakan manifestasi dari pengaruh
kebudayaan Cina yang mengagumkan.
Busana
Pengantin Pria
Busana
Pengantin Tradisional Pria Betawi yang kita kenal sekarang ini merupakan busana
yang lahir sejak awal masuknya agama Islam di Tanah Betawi. Oleh karena itu,
busana pengantin pria ini banyak menonjolkan ciri-ciri busana Arab di tanah
suci yang oleh orang awam di Indonesia disebut pakaian haji. Bahkan, oleh
masyarakat Betawi telah diakui sebagai busana pengantin tradisional yang disebut
‘Pakaian Pengantin Dandanan Care Haji’ dan ciri-ciri khas pakaian haji harus terlihat pada busana ini.
Semua
gambar bertatah mote dirangkai mulai tepian/pinggir bawah depan Jubah Haji ke
atas hingga sebatas pundak, termasuk pada leher jubah.
Dandanan Care Haji
Selempang
Dandanan Care Haji
- Jubah atau Jube
Merupakan
busana luar yang agak longgar dan besar. Terbuka pada bagian tengah depan dari leher
sampai ke bawah, dengan panjang yang kurang 10 cm dari pakaian dalam.
Jubah
dengan leher setinggi 4 cm ini, diberi kancing tepat di bawah pusar. Sekarang
ini, terkadang diganti dengan kancing hack
agar tak nampak dari depan.
- Gamis
Adalah
busana di dalam jubah, dengan ketentuan warna muda dan lembut yang sesuai
dengan warna dasar jubah. Gamis ini tidak diberi hiasan apa pun. Pakaian ini
berleher 3 cm dan diberi kancing penutup, dari leher sampai sebatas ulu-hati
pada belahan yang sepanjang 25 cm.
Gamis
lebih panjang dari jubah, tetapi tidak boleh menyentuh lantai, kira-kira
sebatas mata kaki. Ini merupakan keharusan, karena Gamis selalu dipergunakan sebagai
pakaian sembahyang.
Selempang
Digunakan
di dalam jubah, sehingga tatahan emasnya tampak dari celah-celah jubah yang
terbuka.
Lebar
selempang 15 cm dengan panjang maksimum disesuaikan dengan pinggang pemakai.
Diletakkan pada pundak kiri, dimana pertemuan kedua ujung selempang berada di
pinggang kanan. Artinya, secara manusiawi, semua orang cenderung memilih jalan
ke kiri (atau jalan kesalahan), yang pada hakekatnya harus ditarik ke kanan
yaitu jalan kebenaran.
- Alpie
Merupakan
tutup kepala khas haji setinggi 15 atau maksimum 20 cm, dililit dengan sorban
putih.
- Sirih Dare
Beberapa
daun sirih yang dilipat-lipat membentuk segi tiga, dengan ujung daunnya
menghadap ke atas.
Sirih
dare ini diberikan sebagai persembahan pengantin pria kepada mempelai putri,
untuk mengajaknya duduk bersanding.
- Alas Kaki
Sejak
jaman Belanda, pengantin pria Betawi mulai mengenakan sepatu pantovel, yang sampai sekarang telah
membaku, menjadi bagian orisinil dari pakaian ini.
Busana
Pengantin Putri
Busana
pengantin putri Betawi disebut dengan ‘Dandanan Rias Besar Putri’ yang
merupakan hasil penataan tangan dan riasan yang cukup mengagumkan.
Dandanan
Rias Besar Putri,
terdiri dari :
1.
Tuaki
Baju
bagian atas yang lebih dikenal dengan nama blouse
(belanda), terbuat dari bahan yang gemerlapan.
Sekarang
ini dibuat dari bahan ‘lame’ tanpa
keharusan warna dasar. Yang penting adalah warnanya sesuai dengan warna pakaian
pengantin putra. Satu-satu keharusan dalam hal warna adalah tuaki ini harus berwarna polos.
Berleher
tertutup, model Cina (sanghai) setinggi 2 cm. Dibuat sesuai bentuk badan pemakainya,
dengan panjang sebatas pinggul.
2. Kun
Adalah
baju bagian bawah yang lazim disebut rok, dibuat agak melebar ke bawah.
3.
Terarai Betawi
Pada
dandanan rias besar putri, teratai bukan hanya satu lembar saja, tetapi terdiri
dari delapan lembar kecil, dari potongan kain bahan yang serupa dengan bahan
kun.
Inilah
salah satu keindahan khas pada dandanan rias besar putri yang berbeda dari
pakaian pengantin tradisional daerah lainnya di Indonesia. Karena modelnya yang
khas, kita menyebutnya teratai Betawi.
4.
Sanggul
Disebut
sanggul ‘buatun’ yang dililitkan dari
kiri ke kanan yang hakekatnya sama seperti makna pemakaian selempang, pada
pakaian care haji.
Sanggul
‘buatun’ letaknya tujuh sampai delapan jari di atas tengkuk (Top-mess), yang dibuat tanpa buntut
bebek. Hal ini, untuk memperlihatkan bersih tidaknya tengkuk mempelai putri.
Jika
tengkuknya bersih, ia adalah putri yang tak kenal bermalas-malasan, bersih,
apik dan patut menjadi isteri.
5.
Perhiasan
Untuk
sanggul buatun diberi perhiasan emas yang terdiri dari:
- Tusuk paku 10 buah sebagai lambing dari penolak bala/penangkal bahaya.
- Tusuk bunga 5 buah yang melambangkan lima rukun islam yang telah dijalankan secara baik oleh pengantin putri semasa gadisnya, dan akan jadi pegangan seumur hidupnya.
- kembang goyang 18 buah plus 2 buah kembang kelapa yang melambangkan symbol pengakuan terhadap kebesaran Allah dengan sifat-sifatnya yang dua puluh di dalam ajaran Islam.
6.
Burung Hong
Berjumlah 4 buah, masing-masing
dua buah diberi untaian rantai, atau manik-manik atau segitiga berwarna emas
dan bermata berlian, sepanjang 10 cm dan dua buah lagi sepanjang 5 cm.
Keseluruhannya melambangkan symbol empat sahabat nabi besar Muhammad S.A.W.
7.
Sepasang kerabu hiasan
telinga, yaitu
terdiri dari anting dan giwang menjadi satu.
8.
Kalung tebar yang dipakai/terletak di
atas teratai Betawi melingkari leher.
9.
Sepasang gelang yang digunakan di
atas lengan tuaki
10. Bunga-bunga
segar atau kembang asli,
terdiri dari :
a.
Roje melati sepanjang 15 cm. Dikenakan
di atas sanggul dari kiri ke kanan.
b.
Melati sisir, yang digunakan untuk
menutup tepian sanggul bawah, dari ujung roje melati kiri ke kanan.
11. Siangko’
Terdiri dari tiga buah,
masing-masing berbentuk mahkota khas Betawi dengan ukuran satu sama lain
berbeda, yaitu:
a.
Siangko’
bercadar, secara otomatis dapat menghalangi pandangan kea rah wajah mempelai
putri.
b.
Siangko’
kecil berukuran +12 cm yang ditusukkan pada rambut antara tusuk bunga
dan sanggul (di ubun-ubun).
c.
Siangko’
kecil berukuran +10 cm, dipakai pada sanggul buatun untuk meng-kamuflase (menyembunyikan) simpul ikatan siangko’
bercadar.
12. Tusuk
Konde
Tusuk konde berbentuk huruf
Laam (Arab). Kaki panjang dari huruf Laam ini berbentuk pasang yang ditusuk
terbalik ke dalam sanggul buatun, di atas suangko’ kecil yang ada.
13. Alas
Kaki
Penutup kaki mempelai putri
mengenakan selop berbentuk perahu kolek yang diperindah dengan tatahan emas dan
manik-manik.
Sekarang ini, tatahan emas
dan manik-manik itu diganti dengan mote.
Penata Rias
& Busana : M. Rais
Teks : Yuko
Photo :
Istimewa