"Banyak Belajar dari Sang Ibu"
Wulan Tilaar Widarto, putri dari pasangan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar dan DR. Martha Tilaar mulai dipercaya untuk memegang tanggung jawab yang cukup besar di beberapa perusahaan milik keluarga di saat usianya masih relatif cukup muda. Bahkan, ia juga dipilih sebagai ikon pengganti dari ‘kerajaan bisnis’ Sang Ibunda, DR. Martha Tilaar, yang merupakan founder dari Martha Tilaar Group. Beberapa waktu lalu, berkesempatan berbincang-bincang dengan ibu 2 anak ini dalam satu acara di Kota Casablanca, Jakarta Selatan. Banyak hal yang dituturkannya, mulai dari masa kecilnya yang sudah diperkenalkan dengan bisnis sang ibu, hingga perjalanannya menjadi sosok sebagai pewaris Martha Tilaar, dan berbagai hal yang dapat dijadikan inspirasi bagi kemajuan wanita Indonesia.
Lahir di
Jakarta, tanggal 13 Juli 1977, sejak kecil Wulan sudah terbiasa dan sangat
dekat dengan bisnis kecantikan. Saat kanak-kanak, sepulang sekolah, ia bersama
saudara-saudaranya sudah terbiasa makan siang di salon milik ibunya. “Saat umur 7 tahun, Saya
sudah mulai diajak untuk melihat fashion show. Beranjak remaja, Saya dan Mbak
Pingkan dibuatkan kosmetika remaja ‘Belia’. Ketika memasuki usia dewasa, Saya
ikut menjaga stand Martha Tilaar di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Sejak kecil, ibu
sudah membiasakan kita untuk belajar bertanggung jawab. Pada saat liburan, kita
tetap harus bangun pagi, dan ibu mengajak kita ke pabrik. Disana, kita belajar
tentang bagaimana membuat kosmetik, membuat lipstick. Beranjak SMP, kita
belajar make up. Kalau ada waktu libur, kita gunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat, tidak bisa bermalas-malasan,” tutur Wulan.
Lebih lanjut Wulan menambahkan, “karena Martha
Tilaar, sangat identik dengan Indonesia, saya sudah mulai mengenalkan pada
anak-anak tentang Indonesia. Setiap Sabtu, anak-anak saya ajak pergi ke museum, mereka harus mengetahui
sejarah Indonesia,” ujarnya penuh semangat.
Prosesi Menjadi ‘Ikon’
Pengganti Martha Tilaar
Setelah
merampungkan pendidikan SMA nya di Santa Theresia, Jakarta, Wulan memutuskan
untuk melanjutkan pendidikan di bidang graphic design di College of Mount
St. Joseph-Cincinnati, Amerika Serikat. Tak puas dengan pendidikan
sarjananya, ia pun meneruskan pendidikan di Boston University, mengambil
bidang Mass Communication-Advertising. Usai menyelesaikan pendidikan
tersebut, Wulan mulai menekuni bisnis keluarga secara profesional di tahun
2005.
Menurut
Wulan, ibunya memang telah mempersiapkan dirinya sejak kecil untuk dekat dengan
dunia kecantikan, seperti seringnya ia diajak oleh sang ibu ke berbagai acara
kecantikan. Rupanya, sang ibu menginginkan Wulan menjadi penggantinya kelak,
ketika ia tak mampu lagi memimpin perusahaan karena usianya yang semakin senja.
Seiring berjalannya waktu, Wulan mulai diperkenalkan sebagai ‘ikon’ pengganti
sang ibu di masa mendatang. Meski, awalnya ibu dari Anatolia Widarto dan Atira
Aurealia Widarto ini sempat terbebani dengan tanggung jawab tersebut. Namun,
perlahan-lahan beban itu menjadi tanggungjawab, ketika ia bergabung di Martha
Tilaar Group.
“Saya belajar tentang bisnis kecantikan melalui pengalaman dan contoh.
Selain dengan terjun langsung, saya juga melihat sendiri bagaimana kedua orangtua
saya membangun bisnis ini. Hal itulah yang membuat saya tergerak untuk ikut
menyukseskan bisnis keluarga ini. Ibu selalu mengatakan, apa yang kita rintis,
yang sudah kita letakkan fondasinya, semuanya baik. Artinya, kita membukakan lapangan kerja untuk
banyak orang. Sekarang sudah lebih dari 5.000 pegawai dan 70 persennya adalah
perempuan. Itu merupakan kepuasaan yang tiada bandingnya, begitu yang selalu
ibu katakan. Akan berbeda rasanya, ketika kita bisa memberi pekerjaan untuk
orang lain dan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Sejak kecil, saya sudah
tahu bahwa kelak akan bergabung dalam perusahaan keluarga," ungkap Wulan.
Selalu Ingat filosofi DJITU
Selalu Ingat filosofi DJITU
Memiliki seorang ibu yang menjadi inspirasi banyak orang, bagi Wulan
memang sangat membanggakan. Apalagi ibu juga menularkan ilmunya kepada
anak-anaknya. Wulan mengakui banyak hal positif yang ia dapatkan dari ibunya. Ia
selalu ingat tentang value yang diajarkan ibunya, yaitu filosofi DJITU, yang
merupakan singkatan dari Disiplin, Jujur, Iman dan inovatif, Tekun, dan Ulet
yang selalu diingatnya.
Bagi Wulan, “cantik
itu adalah ketika seorang wanita dapat mengharmonisasikan antara inner dan outer. Ini bukan
anggapan yang biasa atau basa-basi, karena saya merasakan dan melihat sendiri
dari ibu saya dan kemudian diturunkan kepada anak-anaknya.” Hal itu juga dimasyarakatkan dalam lingkungan perusahaan.
"Bahwa wanita timur harus mampu mengamalkan filosofi kecantikan seperti Dewi Saraswati, seorang dewi pengetahuan dengan empat tangan. Multirole Dewi Saraswati itulah yang menjadi simbolisme kecantikan wanita, yaitu tangan pertama memegang sekuntum bunga, artinya perempuan tampil menarik dengan menjaga penampilan, dan tangan kedua memegang tasbih yang bermakna wanita menjadi tiang keluarga dengan keimanannya yang kuat. Lalu, di tangan ketiga memegang sitar yang melambangkan alat komunikasi, artinya wanita akan cantik bila bisa bertutur kata baik, sopan, dan suaranya bisa menyatukan orang, bukan menimbulkan perpecahan. Tangan terakhir yang memegang daun lontar bermakna wanita harus memiliki kemampuan atau keahlian yang membuat kita bisa berdiri di atas kaki kita sendiri," jelasnya seraya menutup perbicangan di petang itu.
INSBEAUTY by Yuko Handayani