Monday, September 21, 2015

'BEAUTY TRIP' ANGGRA SEPTA SALON, BRIDAL AND MAKE UP SCHOOL

“Goes to Yogyakarta”


Bak lagu Vina Panduwinata ‘September Ceria’, bulan September ini memang bulan penuh keceriaan bagi Anggra Septa. Diawali dengan perayaan Anniversary ke-9 Anggra Septa Salon, Bridal and Make Up School dan Ulang Tahun ke-32 Anggra Septa yang berlangsung khidmat dan meriah, dihadiri anak-anak dari panti asuhan, handai taulan, kerabat, sahabat dan relasi.

Memasuki pertengahan bulan September, sebagai rangkaian dari Anniversary ke-9 Anggra Septa Salon, Bridal and Make Up School, pada 14 – 16 September 2015 Anggra Septa bersama siswa, karyawan dan media melakukan perjalanan tour ke ‘Kota Gudeg’, Yogyakarta. Perjalanan Jakarta – Yogyakarta yang berjarak 517 Km (melewati tol Cikopo - Palimanan), menggunakan bis pariwisata diperkirakan memakan waktu sekitar 10 jam.  

Minggu malam, Kami bersama rombongan yang berjumlah 27 orang berkumpul di area parkir Mangga Dua Square, Jakarta. Waktu menunjukan pukul 00.00 WIB hari pun telah berganti, perlahan-lahan bus pariwisata meninggalkan kota Jakarta. Perjalanan melalui tol dalam kota Jakarta sangat lancar, berlanjut ke tol Cikampek dan memasuki tol Cipali (Cikopo – Palimanan) tol terpanjang di Indonesia, 116,75 Km. Suasana pagi itu di dalam bis terasa senyap, hanya suara musik terdengar mengiringi perjalanan dan lelapnya Kami yang tertidur lelap di pagi buta.

Menjelang adzan Subuh, bis berhenti sejenak di salah satu rest area menuju Yogyakarta untuk rombongan yang akan melakukan shalat Subuh, merenggangkan otot-otot, ke kamar kecil atau menghangatkan badan dengan minum kopi atau teh. Perjalanan pun dilanjutkan, kembali berhenti sejenak di daerah Bumiayu, Jawa tengah untuk sarapan pagi.   

Melancong ke Candi Borobudur


Usai sarapan pagi dan ‘membersihkan diri’, Kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata Candi Borobudur, yang terletak di Jalan Alternatif Nanggulan, Kecamatan Borobudur, sekitar 3 km dari Kota Mungkid (Ibukota Kabupaten Magelang, Jawa Tengah). Untuk mengusir rasa bosan dan kantuk, Kami mengisinya dengan berkaraoke secara bergantian.


Menjelang tengah hari, bis pun memasuki area parkir Candi Budha yang dibangun pada 750 M ini. Sebelum mengelilingi tempat wisata Candi Borobudur seluas 2.500 M2 ini, Kami menyempatkan diri untuk menyantap kudapan khas Yogya, gudeg, dan tempe orek serta berganti pakaian dengan seragam Anggra Septa Salon, Bridal and Make Up School. Masing-masing dari Kami mempersiapkan penampilan terbaik untuk ‘sesi’ pemotretan di lokasi salah satu dari 7 keajaiban dunia ini.

Usai melakukan photo bersama di pintu masuk area Candi Borobudur, penuh keceriaan dan canda Kami bersama-sama memasuki Candi Borobudur menggunakan kereta. Setibanya di pintu masuk, Kami diberikan masing-masing sehelai kain berwarna biru bermotif Candi Borobudur yang wajib dikenakan bagi mereka yang kan memasuki Candi Borobudur, untuk pria kain diikatkan dengan 2 kali simpul di bagian kanan, untuk wanita di bagian kiri.

Walau terik dan lelah, peserta sanggat antusias menaiki tangga demi tangga menuju puncak Borobudur.  Beberapa peserta berseda gurau, penuh keceriaan. Bahkan tak jarang masing-masing peserta melakukan ‘selfie’ untuk segera di up load di facebook dan Instagram mereka.

Setelah puas berkeliling mengelilingi Candi Borobudur, Kami melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta. Usai menempuh perjalanan selama 1,5 jam, melalui pengeras suara, Anggra Septa memberitahukan pada rombongan bahwa, “Kita sudah sampai di Kota Yogyakarta.” Alunan gending Jawa dan lagu Yogyakarta yang dinyanyikan KLA Project mengiringi Kami memasuki Kota Pelajar.  


Tiba di Schott Hotel dan Bersantap Malam di House of Raminten
Pukul 18.00 WIB Kami tiba di Schott Hotel  yang terletak di kawasan pariwisata Dagen, Malioboro. Setelah sejenak beristirahat, mandi dan Shalat Magrib, Kami kembali ke bis untuk menikmati suasana malam Yogya, dan bersantap malam.

 Kami diajak oleh Aa’, sapaan akrab Anggra Septa untuk menikmati icon kuliner Yogyakarta, ‘House of Raminten’. Ketika bis memasuki Jalan FM Noto, Kotabaru terlihat jelas banner wanita paruh baya berbusana lengkap kebaya dan sanggul Jawa memudahkan mereka yang akan berkunjung ke tempat ini. Atmosfer Jawa terasa sangat kental di tempat ini, alunan gending Jawa berpadu aroma dupa, dan bunga-bunga yang ada hampir di setiap sudut, menjadi ciri khas tempat makan yang cukup nyentrik dan unik di Yogya.  

Menu-menu di House of Raminten pun tak kalah unik nya. Mengambil beberapa menu kaki lima seperti warung angkringan, yang penyajian nya layaknya restoran, namun dengan harga yang membuat kantong masih nyaman. Rata-rata menu yang disediakan oleh House of Raminten adalah menu-menu masakan Jawa. Di sini Kita dapat menemukan menu-menu makanan khas angkringan seperti nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, nasi liwet, ayam koteka, dan sebagainya. Menu minuman yang disajikan pun tak kalah uniknya, seperti jamu godhogan, aneka macam susu, minuman berbahan rempah-rempah yang berkhasiat menghangatkan badan, serta aneka es.

Dari sekian banyak menu yang ditawarkan, Saya memilih Bubur Ayam Jumbo, yang terdiri dari ayam suwir, kaldu dan irisan slederi yang bisa dinikmati dalam keadaan panas. Sungguh mengangetkan, ternyata porsinya sungguh besar dan disajikan dalam mangkuk unik. Sebagai penghilang dahaga, Saya memilih es kelapa muda jumbo, terdiri dari campuran kelapa muda, nata de coco, lalu diberi sirup cocopandan, seperti hal nya bubur ayam, es kelapa disajikan dalam gelas berukuran sangat besar alias jumbo, mirip aquarium mini, nikmat nya….

Selain menyajikan hidangan yang bervariasi dan terjangkau di kantong, House of Raminten juga cukup nyaman untuk berkumpul sambil bersantap, tidak salah bila Aa’ memilih tempat ini untuk bersantap malam. Ke khas an lainnya adalah, penampilan waiters yang apik dengan setelan jarik dipadukan kaos putih berompi hitam. Semua kekhasan di House of Raminten ini memang disesuaikan dengan konsepnya, yaitu "unique, antique, and elegant". Keunikan dan kekhasan ini lah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang datang ke Kota Yogya. Tak heran, bila House of Raminten yang buka selama 24 jam ini selalu dipenuhi  pengunjung yang ingin bersantap disini.


‘Berburu’ Sanggul, Kebaya, Aksesories di Pasar Beringharjo & Mirota Batik

Hari kedua di Yogyakarta diisi dengan mengunjungi Pasar Beringharjo, pasar tertua bernilai historis dan filosofis yang tidak bisa dipisahkan dari Keraton Yogyakarta.

Usai sarapan pagi, sekitar pukul 09.00 WIB Kami bersama-sama berjalan kaki menyusuri Jalan Malioboro yang terkenal dengan pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Yogya menuju Pasar Beringharjo yang lokasinya hanya beberapa ratus meter dari tempat Kami menginap. Aa’ pun memandu Kami menuju pasar menjual beragam aksesories dan perlengkapan pernikahan, koleksi batik, kebaya, sanggul, aneka rempah-rempah, jajan pasar dan makanan khas Yogya.


Setibanya di pasar yang didirikan pada 24 Maret 1925 ini, Kami beriringan mengikuti setiap langkah kaki Aa’ yang menyusuri bangunan berasitektur perpaduan kolonial dan tradisional Jawa, yang membawa Kami ke lokasi toko-toko yang menjual wig, sanggul, pakaian pengantin, dan aksesories. Decak kagum terlontar dari bibir peserta, “Wow, kebayanya yang itu bagus,” ujar Candice, pada sahabatnya Wawan, ketika melihat kebaya berpayet, berprada nan indah di Toko Ratu Busana. Mereka pun mulai memilih busana, kain, sanggul, maupun aksesories yang mereka perlukan untuk melengkapi koleksi rias pengantin mereka.


Beberapa diantara mereka, seperti Shella, Melissa, Rahayu, Linda, dan Nuri terlihat asyik melihat dan memilih aneka sanggul, hairpiece, dan lain-lain di toko Wig & Sanggul Ratu, dan toko Sanggul Adella. Kami pun beranjak mengunjungi toko Nawang Wulan, sepintas toko ini lebih lengkap dan luas. Hampir perlengkapan adat pengantin di berbagai daerah di Indonesia ada di toko ini.


Selama ‘berburu’ di Pasar Beringharjo, Barja, pengajar di Anggra Septa Make Up School, dan Adan, alumni Anggra Septa Make Up School dengan setia mendampingi dan memberi masukan pada para siswa yang ingin berbelanja agar yang mereka membeli barang-barang sesuai dengan kebutuhan.
Usai berbelanja di pasar yang beroperasi pukul 07.30 – 16.00 WIB,  dan makan siang di lesehan Raos Eco, Kami masih meneruskan ‘perburuan’ ke pusat batik dan kerajinan, Hamzah Batik (Mirota Batik) di kawasan Malioboro. Kami pun berpencar mencari berbagai keperluan dan oleh-oleh di bangunan berwarna putih berarsitektur sederhana dan kental dengan budaya Jawa Klasik di dalamnya. Tak hanya itu, beragam koleksi sang pemilik, Hamzah Hendro Sutikno, seperti sepeda tua, kereta kencana, dan gamelan melengkapi interior toko ini.

Tak terasa, hari telah beranjak petang. Kami pun kembali ke hotel untuk relaks sejenak, dan kembali bersiap-siap untuk mengunjungi Panti Asuhan Atap Langit.

Berkunjung Ke Panti Asuhan “Atap Langit”, dan Tuman Koffie & Resto
Jam menunjukan pukul 19.00 WIB, dengan didampingi Mas Wisnu, sahabat Aa’ dan Mbak Ita, sapaan akrab dari Nur Anita Owiwanti Putri (putri dari Ketua Panti Asuhan Atap Langit) Kami menuju daerah Keparakan. Lima belas menit perjalanan menggumakan bis, tibalah Kami di Panti Asuhan Atap Langit di daerah Keparakan Kidul MG 1/1079, Yogyakarta.

Sesampainya di rumah berukuran 300 M2 ini, Kami disambut oleh Ketua sekaligus pendiri Panti Asuhan Atap Langit, Ny. Sri Sumarwati dan anak-anak panti yang berjumlah sekitar 40 orang. Bak seleberitis, Anggra Septa bersama rombongan, sahabat-sahabatnya yang berdomisili di Yogya, diantaranya Mas Wisnu, Mbak Vita bersama pasangannya, Kami disambut oleh anak-anak panti dengan penuh keceriaan.




Dalam kata sambutannya Anggra Septa sempat menitikkan air mata haru. Ia menceritakan pengalaman pribadinya yang penuh dengan kesulitan dan perjuangan hidup di depan anak-anak panti. Anggra juga memberikan motivasi dan semangat kepada semua anak-anak di panti asuhan tersebut agar bisa menjadi orang sukses seperti dirinya. Sri Sumarwati, penerima penghargaan  sebagai Pekerja Sosial Teladan Nasional Bidang Pendidikan Luar Sekolah tahun 1993 ini pun tak kuasa menahan tanggis seraya memeluk Anggra Septa sebagai ucapan terima kasih karena mau berkunjung ke panti asuhan yang dipimpinnya.


Suasana  di panti asuhan yang didirikan pada tahun 1987 semakin meriah, ketika dua gadis cilik cantik, masing-masing membawa kue ulang tahun memasuki ruangan dipandu oleh Mbak Ita menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Anggra Septa sempat terpana dan surprise. Suasana haru menyelimuti wajah pria kelahiran Jakarta, 1 September 1983 ini, ia pun memanggil beberapa anak panti asuhan untuk meniup lilin kue ulang tahun bersama-sama.

Yang sangat mengesankan, ketika beberapa anak-anak panti melakukan unjuk kebolehan di depan Anggra Septa dan rombongan. Ada yang bernyanyi, menari, maupun membaca hafalan doa-doa. Untuk mengisi waktu, sambil anak-anak panti mencicipi snack yang Kami bawa, anak-anak dengan semangat bertanya kepada rombongan Anggra Septa Salon, Bridal & Make Up School  (AS School) seputar perawatan kecantikan, dan rambut. Menjawab keingintahuan anak-anak ini, satu per satu team AS School, seperti Nadhi (Top Stylist AS Salon) menjelaskan, seputar warna rambut, model rambut pria; dan Barja seputar wajah dan permasalahannya. Tak ketinggalan, murid-murid AS School juga berbagi tips pada anak-anak ini.

Sungguh mengagumkan…. Walau singkat, kebersamaan terasa begitu berkesan. Senyum dan tawa anak-anak panti asuhan atap langit telah membuka mata kita semua, bahwa banyak sekali anak-anak yang kurang beruntung yang memerlukan uluran tangan kita semua. Kehadiran Anggra Septa dan rombongan telah memberikan semangat dan inspirasi bagi anak-anak di panti asuhan atap langit, serta menjadi tetes embun harapan yang menyejukkan hati anak-anak yang memang membutuhkan kasih sayang dari kita semua.

Sebelum berpamitan, Kami bersama-sama berdoa untuk almarhum Hamim Mohammad Gusa, suami dari Ibu Sri yang beberapa hari lalu wafat. “Kedatangan rombongan ini merupakan obat bagi Kami, dan anak-anak yang baru beberapa hari kehilangan sosok pengayom, dan pendamping saya dalam menjalani panti asuhan ini. Entah, bagaimana kelak panti ini, semoga saya kuat dan dapat terus merawat anak-anak panti,” ujar wanita kelahiran Yogyakarta, 5 Maret 1957 ini penuh haru dan berurai air mata.

Usai mengunjungi Panti Asuhan Atap Langit, perjalanan Kami berlanjut ke Jalan Perumnas Seturan, Catur Tunggal, Depok, Sleman untuk menikmati makan malam di Tuman Koffie & Resto yang menyajikan beragam menu olahan khas Yogya, dan kopi khas Tuman Koffie. Seperti namanya, ‘Tuman’, yang dalam Bahasa Jawa berarti ketagihan. Harapannya, pengunjung akan terus datang kembali ke warung seni budaya ini untuk menikmati menu dan suasana khas Yogya.

Melihat Proses Pembuatan Bulu Mata di Purwokerto
Malam semakin larut, dan hari pun berganti, Kami  kembali ke hotel untuk berkemas-kemas serta beristirahat sejenak, dan melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya.

Waktu menunjukan pukul 02.00 WIB dini hari, ketika bis perlahan-lahan meninggalkan kota Yogyakarta menuju sentra bulu mata di Purbalingga, dan Purwokerto Jawa Tengah. Sebelumnya, Kami singgah sejenak untuk sarapan pagi di salah satu rumah makan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Sokaraja, Banyumas untuk menikmati kuliner khas kota ini di Raja Soto Lama Bapak H. Suradi. Kami pun menikmati aneka soto, seperti Soto Daging, Soto Ayam, Soto Babat/Iso dan Soto Sekengkel. Hmmm... nikmat nya… dan segelas teh manis panas melengkapi sarapan di pagi itu.

Sesuai janji Kami dengan pihak PT Anugerah Lancar Lestari, produsen bulu mata yang ada di Jalan H.R. Bunyamin 187, Pabuaran, Purwokerto, Jawa Tengah, bahwa akan mengunjungi pabrik tersebut pukul 09.30 WIB. Kami pun merapat ke tempat tersebut.

Setibanya di pabrik yang memproduksi bulu mata sintetis, maupun human eyelashes, Kami disambut dengan ramah oleh pimpinan PT Anugerah Lancar Lestari, Sugiri Tirta Wiarta (Director), dan Ping Wiarto (President Director). Kami pun diajak oleh Sugiri untuk melihat proses pembuatan bulu mata. Satu per satu bagian prosesing dijelaskan dengan rinci, berikut hasilnya diperlihatkan pada Kami. Terlihat betapa antusias nya peserta, beragam pertanyaan dilontarkan oleh mereka yang selama ini hanya tahu bagaimana memakai bulu mata palsu.

Sebelum meninggalkan pabrik, hampir semua peserta tour memanfaatkan kesempatan ini dengan memilih dan memesan langsung bulu mata yang mereka inginkan. Kunjungan ke pabrik bulu mata ini menutup rangkaian Tour Goes to Yogyakarta, Kami pun kembali menuju ibukota Jakarta.

"Tour ini merupakan tour ke-3. yang pertama tahun 2014 lalu kita mengunjungi Yogyakarta, yang diikuti oleh owner salon, seperti Johan Salon, Mawar Salon, Amoy Salon, dan Herman Salon. Yang kedua, kita adakan di pergantian tahun (28 Desember 2014 - 5 Januari 2015) di Bali. Kali ini, pesertanya adalah siswa Anggra Septa School yang berasal dari Bandung, Medan, Yogya, Purbalingga, Tangerang, Jakarta, Purwakarta, Surabaya, Lampung, Banten, dan Sulawesi. Perjalanan kali ini sangat berkesan dan khidmat, sangat menyentuh perasaan, apalagi pada saat mengunjungi Panti Asuhan Atap Langit. Alhamdulillah hampir 90% rencana dalam tour ini terlaksana," ungkap Anggra disela-sela waktu rehatnya pada INSBEAUTY.


Tak lupa, Anggra Septa menyampaikan terima kasih yang tak terhingga pada sahabat-sahabatnya di Yogya, dan Semarang yang telah banyak membantu, hingga agenda dalam tour ini dapat berjalan sesuai rencana.

"Acara ini akan menjadi agenda tahun. Insya Allah, per 6 bulan, Kita akan melakukan 'Beauty Trip' seperti ini, yang utama adalah menyinggahi budaya Indonesia. Ke depannya, akan ada edukasi lebih mendalam, seperti mengikuti mini seminar atau workshop. Sepulangnya mereka dari daerah yang dikunjungi, mereka akan membawa kenang-kenangan berupa sertifikat atau piagam," jelas Aa' lagi, "Kami mengharapkan, produk-produk dapat ikut berpartisipasi, sehingga peserta 'Beauty Trip' dapat lebih mengetahui lagi produk kosmetik dan kecantikan Indonesia," tambah Anggra.


Menjelang tengah hari, bis yang Kami tumpangi membawa Kami kembali menyusuri jalan tol Pejagan, Palimanan, Kanci, Cikopo, Cikampek, dan tol dalam kota mengantarkan Kami kembali ke rumah dan aktivitas sehari-hari.

Selamat Berjumpa Lagi dalam 
'Beauty Trip' Anggra Septa Salon & School 
Goes to Denpasar – Bali, dan Bromo – Jawa Timur.



KILAS LENSA :














































































































































































































































No comments: