Sunday, December 15, 2013

Perpaduan Budaya Asing dalam Tata Rias & Busana Pengantin Betawi


Tata Rias dan Busana Pengantin Betawi


 Tata Rias dan Busana Pengantin Betawi Modifikasi

Dominasi kebudayaan asing sangat kental terlihat dalam busana pengantin Betawi. Seperti dandanan Rias Besar Putra ‘Dandanan Care Haji’ pada busana pengantin pria. Begitu pula dandanan Rias Besar Putri, terlihat sekali merupakan manifestasi dari pengaruh kebudayaan Cina yang mengagumkan.

Busana Pengantin Pria
Busana Pengantin Tradisional Pria Betawi yang kita kenal sekarang ini merupakan busana yang lahir sejak awal masuknya agama Islam di Tanah Betawi. Oleh karena itu, busana pengantin pria ini banyak menonjolkan ciri-ciri busana Arab di tanah suci yang oleh orang awam di Indonesia disebut pakaian haji. Bahkan, oleh masyarakat Betawi telah diakui sebagai busana pengantin tradisional yang disebut ‘Pakaian Pengantin Dandanan Care Haji’ dan ciri-ciri khas  pakaian haji harus terlihat pada busana ini.

Semua gambar bertatah mote dirangkai mulai tepian/pinggir bawah depan Jubah Haji ke atas hingga sebatas pundak, termasuk pada leher jubah.


Dandanan Care Haji
  1. Jubah atau Jube
Merupakan busana luar yang agak longgar dan besar. Terbuka pada bagian tengah depan dari leher sampai ke bawah, dengan panjang yang kurang 10 cm dari pakaian dalam.
Jubah dengan leher setinggi 4 cm ini, diberi kancing tepat di bawah pusar. Sekarang ini, terkadang diganti dengan kancing hack agar tak nampak dari depan.

  1. Gamis
Adalah busana di dalam jubah, dengan ketentuan warna muda dan lembut yang sesuai dengan warna dasar jubah. Gamis ini tidak diberi hiasan apa pun. Pakaian ini berleher 3 cm dan diberi kancing penutup, dari leher sampai sebatas ulu-hati pada belahan yang sepanjang 25 cm.

Gamis lebih panjang dari jubah, tetapi tidak boleh menyentuh lantai, kira-kira sebatas mata kaki. Ini merupakan keharusan, karena Gamis selalu dipergunakan sebagai pakaian sembahyang.

 Selempang
Digunakan di dalam jubah, sehingga tatahan emasnya tampak dari celah-celah jubah yang terbuka.
Lebar selempang 15 cm dengan panjang maksimum disesuaikan dengan pinggang pemakai. Diletakkan pada pundak kiri, dimana pertemuan kedua ujung selempang berada di pinggang kanan. Artinya, secara manusiawi, semua orang cenderung memilih jalan ke kiri (atau jalan kesalahan), yang pada hakekatnya harus ditarik ke kanan yaitu jalan kebenaran.

  1. Alpie
Merupakan tutup kepala khas haji setinggi 15 atau maksimum 20 cm, dililit dengan sorban putih.

  1. Sirih Dare
Beberapa daun sirih yang dilipat-lipat membentuk segi tiga, dengan ujung daunnya menghadap ke atas.
Sirih dare ini diberikan sebagai persembahan pengantin pria kepada mempelai putri, untuk mengajaknya duduk bersanding.

  1. Alas Kaki
Sejak jaman Belanda, pengantin pria Betawi mulai mengenakan sepatu pantovel, yang sampai sekarang telah membaku, menjadi bagian orisinil dari pakaian ini.


Busana Pengantin Putri

Busana pengantin putri Betawi disebut dengan ‘Dandanan Rias Besar Putri’ yang merupakan hasil penataan tangan dan riasan yang cukup mengagumkan.

Dandanan Rias Besar Putri, terdiri dari : 

1.    Tuaki
Baju bagian atas yang lebih dikenal dengan nama blouse (belanda), terbuat dari bahan yang gemerlapan.
Sekarang ini dibuat dari bahan ‘lame’ tanpa keharusan warna dasar. Yang penting adalah warnanya sesuai dengan warna pakaian pengantin putra. Satu-satu keharusan dalam hal warna adalah tuaki ini harus berwarna polos.
Berleher tertutup, model Cina (sanghai) setinggi 2 cm. Dibuat sesuai bentuk badan pemakainya, dengan panjang sebatas pinggul.

2.    Kun
Adalah baju bagian bawah yang lazim disebut rok, dibuat agak melebar ke bawah.

3.    Terarai Betawi
Pada dandanan rias besar putri, teratai bukan hanya satu lembar saja, tetapi terdiri dari delapan lembar kecil, dari potongan kain bahan yang serupa dengan bahan kun.

Inilah salah satu keindahan khas pada dandanan rias besar putri yang berbeda dari pakaian pengantin tradisional daerah lainnya di Indonesia. Karena modelnya yang khas, kita menyebutnya teratai Betawi.

4.    Sanggul
Disebut sanggul ‘buatun’ yang dililitkan dari kiri ke kanan yang hakekatnya sama seperti makna pemakaian selempang, pada pakaian care haji.
Sanggul ‘buatun’ letaknya tujuh sampai delapan jari di atas tengkuk (Top-mess), yang dibuat tanpa buntut bebek. Hal ini, untuk memperlihatkan bersih tidaknya tengkuk mempelai putri.
Jika tengkuknya bersih, ia adalah putri yang tak kenal bermalas-malasan, bersih, apik dan patut menjadi isteri.        

5.    Perhiasan
Untuk sanggul buatun diberi perhiasan emas yang terdiri dari:
  1. Tusuk paku 10 buah sebagai lambing dari penolak bala/penangkal bahaya.
  1. Tusuk bunga 5 buah yang melambangkan lima rukun islam yang telah dijalankan secara baik oleh pengantin putri semasa gadisnya, dan akan jadi pegangan seumur hidupnya.
  1. kembang goyang 18 buah plus 2 buah kembang kelapa yang melambangkan symbol pengakuan terhadap kebesaran Allah dengan sifat-sifatnya yang dua puluh di dalam ajaran Islam.


6.    Burung Hong
Berjumlah 4 buah, masing-masing dua buah diberi untaian rantai, atau manik-manik atau segitiga berwarna emas dan bermata berlian, sepanjang 10 cm dan dua buah lagi sepanjang 5 cm. Keseluruhannya melambangkan symbol empat sahabat nabi besar Muhammad S.A.W.

7.      Sepasang kerabu hiasan telinga, yaitu terdiri dari anting dan giwang menjadi satu.


8.      Kalung tebar yang dipakai/terletak di atas teratai Betawi melingkari leher.

9.      Sepasang gelang yang digunakan di atas lengan tuaki

10. Bunga-bunga segar atau kembang asli, terdiri dari :
a.     Roje melati sepanjang 15 cm. Dikenakan di atas sanggul dari kiri ke kanan.
b.     Melati sisir, yang digunakan untuk menutup tepian sanggul bawah, dari ujung roje melati kiri ke kanan.

11. Siangko’
Terdiri dari tiga buah, masing-masing berbentuk mahkota khas Betawi dengan ukuran satu sama lain berbeda, yaitu:
a.     Siangko’ bercadar, secara otomatis dapat menghalangi pandangan kea rah wajah mempelai putri.
b.     Siangko’ kecil berukuran +12 cm yang ditusukkan pada rambut antara tusuk bunga dan sanggul (di ubun-ubun).
c.     Siangko’ kecil berukuran +10 cm, dipakai pada sanggul buatun untuk meng-kamuflase  (menyembunyikan) simpul ikatan siangko’ bercadar.

12. Tusuk Konde
Tusuk konde berbentuk huruf Laam (Arab). Kaki panjang dari huruf Laam ini berbentuk pasang yang ditusuk terbalik ke dalam sanggul buatun, di atas suangko’ kecil yang ada.

13. Alas Kaki
Penutup kaki mempelai putri mengenakan selop berbentuk perahu kolek yang diperindah dengan tatahan emas dan manik-manik.
Sekarang ini, tatahan emas dan manik-manik itu diganti dengan mote.


Penata Rias & Busana      : M. Rais
Teks                                  : Yuko
Photo                               : Istimewa